Monday, September 06, 2010

Day 20 : Kencan dengan Kopi.

I was a coffee addict. Duluuu, di awal usia 20an (era awal, sebagai seorang pekerja kreatif), kopi hukumnya wajib dinikmati sehari-hari. Rata-rata, tiap harinya gue minum 3 cangkir kopi hitam ringan. Ringan, dalam artian tingkat kekentalannya standar, dengan sedikit pemanis bebas kalori. Kadang, tanpa pemanis. Dahsyat. Sampai- sampai merasa, tanpa kopi, sulit rasanya konsentrasi. Aneh ya?

Sekita jam 9 pagi, nyampe di kantor. Cangkir pertama akan segera tiba di meja dengan aroma lokal Indonesia yang tiada dua-nya. Untuk urusan merk kopi, gue termasuk penggemar berat aroma kopi ‘KA’. Hahaha... standar manusia Indonesia. Cuma dari cium aromanya aja, bisa nambah level semangat. Aneh ya?

Setelah makan siang sekitar jam 2 siang, cangkir ke-2 akan kembali datang di meja. Cangkir ke-2 ini, biasanya gue minum justru setelah kopi menjadi dingin. Disesap sedikit-sedikit. Biasanya awet sampai sekitar jam 4. Aneh ya?

Cangkir terakhir, biasanya gue minta sekitar 1 jam setelah makan malam. Dan hanya bila lembur berada di kantor. Most of the time, begitulah keadaan saat itu. Gue masuk geng lembur mania. Sehingga tradisi cangkir ke-3 berlangsung cukup lama, kira-kira 3 tahun.

Kenapa hanya 3 tahun? Karena setelah tahun ke-3 gue menikmati 3 cangir kopi hitam setiap harinya, gue mulai tergoda jenis-jenis kopi ‘gaul’. Maksudnya, minum kopi yang jadi syarat pergaulan. Kenal capuccino, latte... Awalnya sih, berasa ‘turun derajat’ minum kopi fusion macam begini. Tapi lama-lama, si kopi hitam malah makin jarang dinikmati. Kalau pas kangen, ya sekali-kali nyeduh sendiri di rumah.

Menjelang pertengahan usia 20an, gue hamil. HAHAHAHA... sayangnya, kopi masuk daftar ‘NONONO’ untuk kehamilan gue. Sedikit-sedikit, lidah mulai mengucapkan selamat tinggal pada kopi. Lidah lebih mudah diajak kerjasama. Yang susah justru hidung. Setiap mencium aroma kuat kopi hitam ‘KA’ rasanya ada sebagaian dalam diri yang berontak minta seteguk. Aneh ya?

Now, di awal usia 30. Dalam sehari, tidak sekalipun minum kopi. Hidung, cuam berstatus penikmat aromanya. Terbukti, gue masih hobi memperlambat gerak langkah kalau pas kebetulan melewati coffee-shop. Yeaaaah.... Sekali lagi, nothing last forever... *dejavu deh, udah berapa kali ngomong ini ya?

Kopi Hitam: Diseduh dari biji kopi yang sudah digiling halus, tanpa susu. Aslinya, tanpa tambahan pemanis.

Cafe au lait: Serupa dengan Caffe Latte, kecuali bahwa au lait dibuat dengan kopi tubruk bukan espresso. Selain itu, rasio susu ke kopi adalah 1:1.

Cafe Breva: Sejenis cappuccino yang dibuat dengan ‘half milk’.Teorinya adalah bahwa campuran dengan memberikan rasa, kaya creamier. 

Caffe Latte: Campuran 1 takar kopi espresso yang disteam lagi dengan campuran susu. Rasio susu ke kopi sekitar 3:1.

Cafe Macchiato: Campuran 1 takar kopi espresso yang dimasak sambil diaduk pelan dengan campuran susu. Rasio susu ke kopi sekitar 4:1.

Cappuccino: Campuran 1 takar kopi espresso yang dimasak lagi dengan campuran susu dan ditambahkan bubuk kayu manis atau cokelat yang ditaburkan di bagian atas untuk menambah citarasa ‘manis’ dan ‘lembut’. Biasanya, disajikan dengan bagian ‘busa’  hasil adukan dibagian atasnya.







2 comments:

  1. dulu pas kuliah aku pikir pas kerja bakalan jd penggila kopi (kebanyakan nonton film hollywood yang banyak morning scene bawa gelas kopi -_-) eeeeh taunya aku gemeteran kalo minum kopi, kecuali caramel macchiato warung sebelah & nescafe original.

    emg org hamil ga boleh ngopi?

    ReplyDelete
  2. Huahahahahahahahaha.... jangan2 gue juga karena kebanyakan nonton pilem ya.... gaya2an doang :p

    ReplyDelete