Tuesday, August 31, 2010

Day 14 : Susuk Korea

Tiba-tiba tadi mikir gitu. Jangan-jangan semua star-nya korea pake susuk ya? Cetakannya hampir sama semua... untung bukan kayak di sini, made by haji Jeje... Di Korea, susuknya lebih canggih dan klinis. Alias operasi plastik. *jokenya, pake plastik ember atau plastik kresek? Ngook!

Demam korean star terutama yang cowok-cowok luar biasa banget deh di Jakarta. Bahkan mungkin di kota lain di Indonesia. Jujur, gue salah satu penggemar susuk-susuk korea style ini.  *look suami juga mendekati korean star kok...sigh

Eh, tapi gue nolak kalo dibilang ikut-ikutan trend K-Pop ya! Sebelum booming, gue udah jadi fans setia drama-drama korea lho! Sayangnya gue lupa judulnya pertama K-Drama yang gue tonton. Yang jelas belum canggih pake dvd. Masih pake format vcd. Jadi jumlah kepingnya segambreng!

Kalo gak salah, waktu itu judulnya ‘Autumn in My Heart’ produksi tahun 2000. Yang main Song Seung Hun,  Song Hye Kyo dan Won Bin tentunya! Menyusul terus seri ‘Friends’ juga dibintangi Won Bim dan J-Star Kyoko Fukada.

Jauh sebelum K-Pop booming, J-Pop duluan masuk ke Jakarta. Termasuk J-Drama. Nah itu lain cerita. Bisa bikin postingan lain khusus ngomong soal J-Drama dan susuk Jepang.... *huahahahahahahah

Ini nama-nama K-Star yang susuk-nya cespleng according to me : Song Seung Hun, Won Bin, Kang Dong Won, Lee Sun Gyun, No Min Woo, Joo ji Hoon, So ji Sub, Jo In-Sung. Jangan tanya urutan-nya ya. Bingung.

Kalau jeli memperhatikan para idola dari negeri gingseng ini, ada aja tuh yang berubah di wajahnya. Entah kelopak mata, garis senyum, bibir, garis rambut... Hebatnya, perubahan selalu jadi lebih OK! Canggih deh ilmu bedah plastik Korea! *asal gak kayak MJ ya....

Hal sama berlaku lebih gila-gilaan untuk female K-Star. Cantiknya dahsyat-dahsyat. Imut, manis, cantik, sexy, semua dirangkap jadi satu! Ck...ck...ck.... Oiya, sejauh yang gue tau, mereka tidak berusaha menutupi hal ini lho. Mereka gentle untuk ngaku dan bilang mereka melakukan bedah estetika. *gue rasa, di Korea yang paling makmur dokter bedah kali ya! Pernah gue baca, di Seoul, lebih banyak klinik kecantikan ketimbang klinik bersalin!

Sejauh pengamatan gue, perubahan terdahsyat dan bukti pesatnya perkembangan ilmu bedah plastik mereka ada pada Park Hyo Shin. Si Suara emas korea ini, memulai debutnya 100% bermodalkan suaranya yang specta. Dalam 5 tahun, wajahnya berubah total! Seakan dari kodok jadi pangeran *ya ampun gue sadis amat ya....


So Ji Sub


Won Bin


Joo Ji Hoon


Jo in Sung


No Min Woo



Park Hyo Shin, the specta-voice

Day 13 : May Our Friendship Last Forever

Malam ini, gue berkesempatan kumpul sama temen-temen dari kantor lama. Menyenangkan.

Berkumpul dengan mantan rekan setim dan adik-adik alay ini, selalu meninggalkan kesan manis dan bikin nagih... Padahal kalau diinget-inget, pada adik-adik ini kedekatan sebagai temen sekantor gak sempet terlalu lama...cuma sebentar.

Melihat mereka, rasanya seperti punya banyak adik-adik yang selalu ceria dan gembira. Mereka memandang hidup dalam presfektif darah muda yang penuh gelora..

Bahkan ketika menemukan atau menghadapi hal-hal yang tidak mereka suka, mereka tetap bisa dengan santai menghadapi, menjalani, bahkan sambil mentertawakan...

Jujur, gue iri. Iri dengan kehangatan persahabatan mereka. Iri dengan semangat saling dukung dan menghargai.*Diam-diam berdoa, semoga persahabatan gang keramat abadi...

Mudah-mudah pertemanan ini masih bisa bertahan sampai di tahun-tahun ke depan...

Thank you gang keramat + greyers alay... 




 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, August 30, 2010

Day 12: Belanja, belanja, belanja…

Eits, judulnya emang belanja. Tapi urusan belanja : I’m NOT the expert. Bukan gue gak suka or anti sama belanja seperti fitrah-nya sebagian besar wanita…. Cuma urusan beli ini-itu mulai dari yang wajib sampe yang gak penting, bagi gue tidak semenarik urusan nyoba resep atau baca novel favorit. Definitely, this (shopping) is not really kind of my thing.

Kalau bicara soal kategori, mungkin gue bisa masuk kategori un-impulsive buyer . Selain groceries + buku + dvds, buat gue proses membeli barang mulai dari tahap pertimbangan sampai action ke kassir, harus melalui tahap yang lumayan panjang. Jenis barang dengan harga cukup tinggi, malah butuh waktu untuk dipikir di rumah dulu, dimimpiin, diidam-idamin dulu baru akhirnya dibeli. Urusan naksir barang, hukumnya WAJIB dalam tataran belanja versi gue.

Pernah gak sengaja gue nemu blouse batik cantik, di mall sebrang kantor (waktu itu) waktu jam makan siang. Dipikir-pikir, ditimbang-timbang, akhirnya sore balik lagi nyebrang beli blouse itu. Besoknya, balik ke mall, beli lagi model yang sama dengan warna yang beda. Jenis belanja begini, jarang banget terjadi sama gue. Kecuali kalau sampe mengalami ‘first love’ sama jenis barangnya dari pertama kali ngeliat. *eitss harganya juga harus masuk akal dan cocok di kantong, off course!

Mungkin karena doyan main di dapur, gue paling enjoy kalo berada di bagian ‘fresh food’nya pasar swalayan. Ngeliat, dan belajar membedakan jenis-jenis buah, sayur, daging dan banyak lagi item jenis yang lainnya. Sebenernya di toko buku juga enjoy, cuma kadang suka sebel ama ribut dan ramenya.... ;(

Paling gak antusias belanja urusan sandang, tapi seneng cuci mata di tanah abang… Hahahahahahaha… Paling gak ngerti dan gak mau sok ngerti urusan beli barang elektronik atau gadget… So'last day' deh gue klo urusan yang ini…

Gue juga ngerti, belanja di mana yang paling OK atau yang paling baru-baru barangnya (kecuali tanah abang sebagai trend setter fashion nasional kan?). Yang gue tahu beda belanja di Metro, Sogo, Matahari, atau ITC semata di bandrol harga…

Barusan gue inget-inget, di mana tempat favorit gue buat belanja. Gak ada… hahahahaha…. Mungkin karena belanja, bukan hobby gue. Gue bisa bilang itu sekarang lho… mana tahu, tiba-tiba gue berlimpah rezeki, dan gak perlu kerja kantoran lagi. Jangan-jangan malah jadi hobby berat keluar masuk mall… *is it good or bad??







Cheeers…!

Saturday, August 28, 2010

Day 11 : Special Rendang...

Gue belum pernah denger ada orang gak suka rendang. Selama masih makan daging, rasa-rasa-nya munafik kalo bilang rendang gak enak. Kecuali kalo salah bumbu atau basi.


Ehm... Jangan-jangan rendang sudah layak untuk segera dipatenkan ke UNESCO sebagai kategori warisan dunia asli Indonesia... Secara rendang sudah Go In't dan gak sulit dicari di mana-mana (dimana ada komunitas orang indo, resto padang pasti berdiri).... Sampe pernah ada joke, resto 'sederhana' cuma tinggal buka cabang di bulan... *lebay as always...


Frankly, gue gak terlalu mania makanan bersantan walaupun darah minang nyala terang di dalam darah gue. Tapi khusus rendang, beda urusan. Terutama, rendang buatan mama ku tersayang, yang pake bumbu cinta sewaktu mengaduknya...


Hari ini, gue lagi nginep di rumah nyokap di depok. Dari lepas subuh tadi, nyokap udah sibuk sendiri nyiapin bumbu-bumbu rendang di dapur.. O, ternyata ada orderan rendang 2 kg yang harus dikerjain hari ini...


Order? No, no... Nyokap gue gak punya resto atau usaha catering. Tapi kebetulan rendangnya emang juara. Dari mulut ke mulut banyak yang suka, dan akhirnya mesen minta tolong dibuatkan. Terutama di bulan ramadhan seperti sekarang...


Sebenernya, bukan rendang nyokap sendiri yang juara. Rendang buatan semua anak gadis keluarga Abdul Bassir (nyokap punya 5 orang sisters)enak dan 'beda'. Resep awalnya, turun temurun dari nenek gue Hj.Rohana yang asli berasal dari dusun Sungai Batang - Maninjau - Sumbar.


Mungkin banyak yang tidak terlalu memperhatikan. Tapi rendang, punya banyak jenis dan citarasa. Kadang, tergantung dari asal wilayahnya di sumbar. Rendang orang pesisir (pariaman) biasanya lebih kaya bumbu dan berwarna lebih gelap.


Nah, kalau rendang keluarga kami, lebih minimalis jenis bumbu tapi takarannya lebih banyak hingga warnanya lebih pucat (biasanya juga pakai tambahan kentang kelereng) tapi berlinang kuah santan yang maknyuuus....




Bahan-bahan bumbu dasar, minim rempah kering...




Daging sapi, dipilih kualitas 1 tanpa lemak...








Ini wujud rendang 75% jadi. Bentuk seperti ini,disebut kalio... 


Caca, generasi ke-4 rendang marindang... ;)





Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, August 27, 2010

Day 10 : Malam Berbintang....

Malam ini, sunyi seperti biasa. 
Ada yang magis di udara... 
Mengalir dalam ketenangan alam, 
dalam kesyahduan peraduan.

Malam ini, sunyi seperti biasa. 
Bibir ku diam, tapi hati yang bicara... 
Melantunkan berbaris-baris doa, 
penuh harapan keindahan.

Malam ini, sunyi seperti biasa. 
Ada renung mengisi relung...
Suara alam dikelam malam, 
berlagu merdu mengantar salam...

Wahai hati, wahai diri...
Melihat kah kau, kebesaranNya?
Mendengar kah kau, seruanNya?
Merasakan kah kau, sentuhanNya?

Ada yang bergetar, mendambakan sinar... 
Ada yang bergetar, merindukan sinar...

Malam ini, sunyi seperti biasa. 
Dan ku mulai memejamkan mata. 
Berharap di saat ku terjaga... 
Pesonanya masih tersisa...

Bintaro, malam terang bulan. 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, August 25, 2010

Day 9 : Me talk to me

Me talk to me : mereka yang kamu anggap salah, bisa jadi lebih benar dari dirimu. Mereka yang kamu cela, bisa jadi lebih tinggi derajatnya dari dirimu.... yang kamu pikir benar, bisa jadi salah. Yang kamu pikir salah, bisa jadi benar.... Kekuasaan Allah-lah atas segala hal di dunia....


WHY?


Karena, gue sering banget seperti itu. Memalukan ya? Dan sekarang gue mau berusaha untuk jujur dan ngaku.... Gue seringkali merasa ‘lebih baik’ dari orang lain. Terutama untuk alasan keimanan... Sesuatu, yang gue malu banget, untuk ngaku.... Tanpa gue sadar, gue membangun keangkuhan luar biasa dalam diri gue. Merasa udah pake jilbab sejak 1998, terus jadi merasa lebih baik dari mereka-mereka yang belum ‘berjilbab’. Rendahnya aku.....


Satu lagi : sering kali gue merasa lebih tahu, lebih pinter, dan lebih punya pengalaman. Shame on me... *sigh.... Padahal, gue GAK dan BUKAN apa-apa or siapa-siapa... Jadi kenapa musti sombong dan sok paling benar ya?... Kenapa gue sok paling ngatur, paling bener, dan paling pinter....?


Tulisan ini, bukan sengaja gue bikin sebagai sarana menghina-hina diri sendiri... Tapi mudah-mudah setiap kali gue baca ini, gue bisa buru-buru introspeksi diri. Susah... tapi harus bisa. Malu sama umur. Udah kepala ‘3’ tapi kelakuan masih sering norak kekanakan. Sok biang sensi, gengsi, dengki... wah, panjang deh daftar ‘cela’-nya...


Bayangkan jika aja selama 12 tahun belakangan ini gue belum berjilbab... ck..ck..ck.. parah pasti! Sedangkan dengan menjaga hijab aja, gue masih penuh cela! Mudah-mudahan, gue termasuk kelompok yang selalu mendapat perlindungan Allah... Dengan menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong.... Gue pengen menjadi manusia yang lebih baik... hanya itu.


Berfikir sedikit lebih jauh.... kasian ya, orang-orang terdekat gue... mereka pasti sering nahan hati melihat segala tingkah gue yang nyebelin itu. Hahahahahahaha... tiba-tiba jadi pengen ngetawain diri sendiri... Orang-orang ini, pasti punya stok sabar yang luar biasa ya? Ck..ck..ck... Beruntungnya gue!


Oke, terus sebagai awal gue musti gimana ya? Mana yang harus gue koreksi duluan? Ehm.... Kayaknya, gue harus melatih skill ‘MENDENGAR’ dan melebur skill ‘BICARA’ ya....? OKE! Deal! Dengan mengucap nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, insya Allah gue mau untuk memulai langkah ini....


Wish me luck!

Tuesday, August 24, 2010

Day 8 : Nge-fans sama film-film-nya Yasmin Ahmad...

Gue lupa, awalnya tahu or denger tentang film-film karya almh. Yasmin Ahmad dari siapa… Yang jelas, gue tahu dia tokoh penting di industri iklan Malaysia dan Asia Tenggara. Pernah baca resensi trilogy film-nya somewhere.

Kemudian, ternyata mantan bos gue Kang Agus Arbana juga penggemar film-film karya beliau dan punya ke-3 dvd-nya! Alhamdulillah, Aa pun mau pinjemin ke gue semua judulnya!

Urutan film yang gue tonton : Mukhsin, Sepet, Gubra. Secara garis besar tema film-nya adalah percintaan antar ras dan agama di Malaysia.

Ehm… ada sesuatu yang membumi dari karya-karya Yasmin Ahmad. Bahasanya-pun sederhana dan hangat didengar (considering in Malay language yaa). Mungkin juga karena didukung cast-nya yang ‘pas’ dan sukses membawa perannya hingga meninggalkan kesan manis untuk para penonton.

Berkesan dengan 3 judul ini, jadi penasaran untuk hunting judul lainnya. Sayang di kesempatan pertama gue ke Kuala Lumpur November 2009, dvd Muallaf belum ada di pasaran. Film Muallaf sendiri, sempat diputar di ajang Jifest, dan mendapat sambutan hangat warga Jakarta.

Tahun ini, kesempatan ke KL datang lagi. Alhamdulillah, huntingnya sukses. Bukan cuma dapet ‘Muallaf’, dvd ‘Talentime’ juga sudah ada di pasaran. Senangnya!

Baik ‘Muallaf’ dan ‘Talentime’ masih setia mengangkat tema percintaan lintas ras dan agama. Dari sudut pandang yang berbeda dan tingkat ‘sweetness’ yang juga beda dari 3 seri pendahulunya. Plus catatan untuk theme songs di 'Talentime', luar biasa puistis-puitis banget! Love it a lot!

Nge-fans sama film-film-nya yasmin Ahmad pun sempat menular ke teman-teman dekat. Contohnya www.punyatara.blogspot.com. Dia juga suka, sepertinya…. *bener gak ya? hahahahaha

Karya Yasmin Ahmad :
1. rabun (2003) 2. Sepet (2004) 3. Gubra (2006) 4. Mukhsin (2006) 5. Muallaf (2008) 6. Talentime (2009) 7. 15Malaysia (2009)



Day 7 : Persahabatan dengan Kentang + Teri + Kacang


Berawal dari adik ipar yang suka bawa pulang (dari kantornya) setoples kentang+teri+kacang buatan Pak Kasmali dengan rasa yang yahud, gue akhirnya berkesempatan kenal langsung dengan si Bapak pembuatnya.

Jujur dari pertama kali denger ‘riwayat’ jualannya, gue langsung simpati plus berempati. Pak Kasmali, seorang bapak berusia awal 60, berbadan kecil, berkulit gelap dengan pembawaan yang selalu riang. Bersama istrinya (saat ini, sering kali jatuh sakit) dan dibantu seorang anaknya membuat, mengemas dan menjual sendiri makanan nikmat ini (berdasarkan testimoni banyak orang, kentang+teri+kacang buatan Pak Kasmali emang yahud beneran…. ).

Berkat adik ipar, akhirnya gue kenalan dengan si Bapak. Dan mulai membantu-nya buka jalan memasarkan kentang+teri+kacang di kantor gue (saat itu, Grey JKT, di daerah warung buncit).

Karena kentang+teri+kacang-nya  memang enak beneran, di Grey seketika benda ini punya banyak penggemar loyal. Dengan harga 1 toples (saat itu) Rp.25.000, kentang+teri+kacang Pak Kasmali selalu laris manis setiap kali dia membawa-nya ke kantor.

Pak Kasmali pernah cerita. Untuk membuat kentang+teri+kacang ini, yang ia butuhkan hanya semangat. Can you believe that…? Gue jadi merasa rendah bicara soal semangat cari rejeki, karena suka males-malesan… *sigh.

Karena terbatasnya kemampuan produksi, dalam 1 minggu Ia, istri dan anak-nya hanya membuat kentang+teri+kacang ini 1X. Pagi buta, dia akan ‘hunting’ sendiri bahan-bahan-nya di pasar induk Kramat Djati. Kemudian mengolahnya seharian penuh mulai dari malam hari.

Biasanya begitu kentang+teri+kacang siap di-pack dalam toples, Pak Kasmali langsung menelepon gue dengan suaranya yang ringan bersahaja ‘Mba Indah,… saya baru selesai bikin kentang+teri+kacang nih… mau pesen?’ Alhasil, seringkali kentang+teri+kacang tiba di kantor dalam keadaan masih hangat.

Toples-toples hangat ini, dengan hati-hati ditaruh dalam sebuah tas besar (tas yang mengingatkan gue pada rombongan mudik) berwarna biru. Sekali jalan, dalam tas itu bisa muat sekitar 20 toples. Pak Kasmali yang bertubuh kecil, menggendong tas itu seorang diri, menumpang Kopaja untuk bisa sampai di kantor gue. *Way the Go, Pak!

kentang+teri+kacang dikemas di dalam toples, direkatkan dengan selotape transparan secara manual. Kadang kurang rapih dan tidak terlalu rapet. Jadi terkadang begitu barang tiba, yang gue lakukan akan me-re-package-nya kembali di meja kerja gue.

Minggu lalu Pak Kasmali kembali menelepon dengan suara riangnya. Sambil bercerita, dengan sangat menyesal harga kentang+teri+kacang per-toplesnya harus naik. Yah, wajarlah. Sudah lebih dari setahun harganya masih segitu-segitu aja. Lagipula, semua bahan baku sudah naik harganya. Pak Kasmali bilang sekarang harga per-toplesnya Rp.27.500. Duuuuuuuuuuh gemes! Gue bilang aja, jangan segitu. Tanggung! Harga jadi Rp.30.000-pun Insya Allah para pelanggan tak akan keberatan….

Sayangnya, saat ini gue udah gak di Grey lagi. Untuk buka ‘pasar’ baru di kantor gue yang sekarang juga rasanya belum mungkin. Pertama karena kantor gue sekarang ada di Bintaro sector 9 (jauh booow), dan gue belum kenal betul sama seluruh penghuni kantor…. *gak lucu tiba-tiba asik jualan kentang+teri+kacang kan?

Sedih rasanya, kalo tiba-tiba Pak Kasmali gak bisa jualan lagi di Grey. Karena dia bilang, dia gak mau ke Grey kalo gak ada gue… *deg, sedih deh. Tapi Alhamdulillah gue udah nemu solusinya. Gue udah wariskan persahabatan gue + Pak Kasmali pada Tara. ‘Adik’ gue di Grey. Yang bersedia, menjadi ‘penyalur’ kentang+teri+kacang di Grey (please read her fantastic blog : www.punyatara.blogspot.com). *note, gue (dan Tara) gak ambil untung 1 rupiah pun lhoooo…

Pernah suatu hari di awal tahun lalu, Pak Kasmali tiba-tiba datang ke Grey tanpa menelepon gue dulu. Untung pas lagi ada di kantor. Waktu itu, dengan wajah berbinar, Pak Kasmali memberiku sebuah kantong plastik putih berukuran besar. Bingung. Apalgi waktu gue lihat isinya, ada beberapa box makanan (nasi uduk lengkap lauk-pauk) dan 4 toples kentang+teri+kacang.

Dengan mata berkaca, Pak Kasmali bilang, sengaja mampir sore itu untuk mengantarkan isi plastik ala kadarnya (versi dia) khusus untuk Gue. Sebagai tanda syukur, karena dia sudah bisa beli motor. Hiiiiiiiiiiiiiks, gue mau mewek!.......

Monday, August 23, 2010

Day 6 : ‘Z’, are you my best friend?

KBBI
sa·ha·bat n kawan; teman; handai:
ia mengundang -- lamanya untuk makan bersama-sama di restoran;--
dekat sahabat karib; -- karib sahabat yg sangat erat (baik); teman yg akrab: dia adalah -- karib kakakku; --kental sahabat karib
ber·sa·ha·bat v 1 berkawan; berteman: jangan - dng orang jahat; 2 menyenangkan dl pergaulan; ramah: ia sangat -;
per·sa·ha·bat·an n perihal bersahabat; perhubungan selaku sahabat: - kedua orang itu telah berjalan bertahun-tahun;
mem·per·sa·ha·bat·kan v menjadikan bersabahat; memperhubungkan supaya bersahabat; memperkenalkan (dng)

Gue punya seorang teman 'Z' yang udah gue kenal sejak umur gue 6 tahun. Artinya, sudah 24 tahun. Sebenarnya gak cuma seorang sih, cukup banyak juga temen-temen lain yang gue kenal sejak kelas 1 SD dan masih tetep terjalin silaturahmi sampai hari ini.

Gila ya, 24 tahun! Dan selama 24 tahun ini jalan cerita pertemanan kami turun-naik, hilang-pergi, dekat-jauh. Tapi yang jelas, sejak 24 tahun lalu, gue tahu banget, 'Z' seorang teman yang baik. Gue sayang sama dia.
 
Well, kami sekelas selama 6 tahun di SD. Lanjut ke SMP yang sama. Juga ke SMU yang sama. Dan akhirnya, kuliah di kampus yang sama! See, terkadang temen-temennya otomatis jadi teman gue. Temen-temen gue, juga jadi temen dia. Kebetulan karena arah pulang ke rumah kami searah, maka pertemanan ini banyak terjadi di perjalanan pulang sekolah.

Sayangnya meski kenal lebih dari 24 tahun, kadang gue merasa 'gak kenal' dia. Kadang dia muncul dengan cerita hidup bak kisah di buku-buku saja. Kadang dia muncul membawa sensasi luar biasa. Tapi dia, selalu menjadi teman yang baik dengan senyum yang mengembang.

Gue pernah merasa sangat dekat dengan 'Z'. Lebih dari sahabat. Kalau bisa, mungkin kategori 'sister in blood'. Tapi tahun-tahun belakangan ini, bagi gue dia lebih seperti misteri.

Hilang, tapi kemudian kembali. Lagi-lagi dengan kisah sensasi. Seperti tak bisa lepas dari hidupnya, sejak kami makin dewasa seusai kuliah. Sensasi yang gue maksud bukan berarti negatif atau salah. Sama sekali bukan itu. Hanya saja, pilihan hidup 'Z' bagi gue (yang pengecut), cukup 'menggelegar'.

Di 2004, 'Z' memutuskan menikahi seorang laki-laki beristri warga negara tetangga. Dengan bentang jarak usia, yang cukup jauh. Saat itu, mungkin sekitar 25 tahun. Aku dan teman-teman dekat 'Z' yang lain, tak lain hanya bisa memberi dukungan. Bagi kami, dalam pertemanan ini segala keputusan kembali ke diri masing-masing. Segala baik-buruk pertimbangan, adalah mutlak ujian bagi kedewasaan masing-masing. Atas nama kebahagiaan : kamu senang, kami turut bahagia. Kamu sedih, kami turut berduka.

Di saat yang sama, di usia pertengahan 20 kami telah menentukan arah hidup masing-masing. Berbahagia, dengan cara yang kami suka : Ada yang menikah dengan laki-laki pilihan ibunya (sulit untuk dipercaya, masih terjadi di tahun 2000an), ada yang menikah 'dalam pelarian' karena tak mendapat restu orang tua, ada yang menikah setelah dicomblangi, dan ada yang menikah dengan pacar pertamanya di bangku SMU. What a life.

It's a kind of magic, bagaimana kebahagiaan punya ukurannya masing-masing. Cinta, materi…. Semua seperti berada di zona 'perjuangan' hidup masing-masing. Menikah dengan laki-laki pilihan hati, kemudian menyempurnakan fitrah sebagai wanita : melahirkan dan menjadi ibu.

Singkat cerita di pertengahan 2000, sebagian besar dari kami telah menjadi ibu. 'Z', pun menjadi seorang ibu dari laki-laki kecil bermata cemerlang. Garis tangan, ada yang menentukan.. Tak ada yang abadi. Seorang sahabat kami, kembali berpulang mendahului, meninggalkan luka dan sedih di hati kami, dan 2 orang anaknya yang masih haus dekapan ibu.

Begitu pula dengan 'Z'. Suaminya, mengalami sakit keras, dan kemudian berpulang di tanah kelahirannya. 'Z', teman ku tersayang menjadi seorang janda di usia yang masih amat muda. Usia, yang masih membutuhkan limpahan cinta, dampingan dan curahan cinta. Kami semua sedih, kami berduka.

'Z', sekuat karang. Gue belum pernah bertemu perempuan lain (seusia) yang begitu gigih dan optimis memandang hidup, terlepas dengan cara dan bagaimana dia mencapainya. 'Z' selalu terlihat seperti problem-less. Di saat terberat pun, dia masih bisa tertawa. Entah dibalik sinar matanya… Adakah duka? Adakah gelisah? Gue rasa, ya. Ada.

Akhir minggu lalu, sebuah kabar mampir lagi lewat jendela Yahoo Messenger gue. 'Z' is getting married! Wow… this is a great news, selain faktanya kami belum kenal siapa calon suaminya ini.

Whatever… kami yakin 'Z' pasti sudah mempertimbangan keputusannya matang-matang. Dan sambil mendoakan yang terbaik untuknya, kami menunggu datangnya undangan untuk hari besar ke-2-nya setelah lebaran.

Sekali lagi, tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Pun, tidak ada yang abadi. Jalan hidup gue pun tidak seindah nama gue. Tak semerdu suara Park Hyo Shin. Tapi teman adalah harta. Dalam peran idealnya, teman akan selalu ada. Teman, adalah tempat untuk kembali. Just like a Home.

'Z', are you my best friend?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, August 22, 2010

Day 5 : Tiap orang punya kekurangan...

Kekurangan gue? Banyak banget.

Tapi ada satu, yang mustinya sih bisa segera dibuang dari list panjang : takut jadi pengendara.

Yeah... Malu jadinya. Secara teori, dari 'A' sampai 'Z' paham dan ngerti cara nyetir mobil dan motor. Nyoba pun sudah pernah. Nyali yang gak ada...

Ketika berada di belakang kemudi (atau di posisi supir motor) tiba-tiba nyali ciut. Gak berani, dan totally pengecut... Hiks.

Why??

Dunno... Kepengen banget supaya bisa nyetir, dan gak bergantung lagi sama suami untuk bisa pergi kemana-mana. Alhamdulillah, motor ada mobil ada. Tetep gak PD nyetirnya...

Seandainya bisa dan berani, pasti banyak hal yang bisa terjadi.. Mungkin saja gue akan sering bolak-balik jakarta - bandung misalnya, heehehheeh...

Bahkan masuk list 'resolusi' tahunan aja, masalah setir-menyetir ini gak pernah. Karena gue terlalu pengecut....

Seandainya ada keajaiban, trus tiba-tiba dapet keberanian... Who knows... *Amin.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, August 21, 2010

Day 4 : Mari memasak....

Macaroni Schotel Kukus'

Bahan :
250 gr makaroni, rebus hingga lunak
5 btr telur ayam
200 gr jamur, cincang/iris tipis
400 ml susu cair
1 sdt garam
1/2 sdt pala bubuk
150 gr bawang bombai cincang
1/2 sdt lada halus
100 cc krim kental
125 gr keju cheddar, parut
2 sdm margarin

Cara membuat :
1. Panaskan margarin hingga leleh, tumis bawang bombai hingga harum, masukkan jamur. Angkat.
2. Campur makaroni, telur, daging asap, garam, lada, pala, 100 gram keju parut, susu dan krim kental. 
Aduk hingga rata.
3. Siapkan pinggan tahan panas olesi dengan margarin.
4. Tuang adonan makaroni ke dalam pinggan, taburi atasnya dengan sisa keju parut. Kukus selama 35 
menit. Angkat, potong-potong....

Friday, August 20, 2010

Day 3 : Piece of the day


‘One day’
Radio Spot Regular 60”
Versi: ‘Revisi’

Ambiance di sebuah ruang kantor, di siang hari. Suasana cukup tenang, semua sedang sibuk di depan desktop computer masing-masing. Sesekali terdengar bunyi dering telepon dan percakapan. Tiba-tiba terdengar Nia mulai menggerutu sendiri…

Nia      :  Wah! Nyebelin!
Bea     :  Kenapa lagi? Revisi?
Nia      :  Mending klo cuma revisi! Ganti brief!
Bea     :  Radio spot?
Nia      :  Iyaa..! Kemarin minta yang berseri.,.. Gue udah bikinin 3 alternatif cerita. Tapi sekarang, tiba-tiba minta inline sama program! Udah gilaaa! Ya ampun, minta 3 alternatif adlib, pula!
Sfx      :  Langkah kaki mendekat…
Dono  : ehm.. Mbak Nia … udah baca email aku ya, tentang revisi?
Nia      : Udah. Nih lagi ngedumel ke Bea. tega amat sih klien lo... hiiiks!
Dono :  I..iya Mbak.. Aku juga udah bilang sama mereka.. apalagi jadwal tayang udah mepet… Orang media udah teriak-teriak ngingetin tanggal deliver materi…
Nia     : Ini minta inline sama program radio, maksudnya?
Dono : Aku kirim sekarang dokumen programnya ya Mba?
Nia     : Adlib nya?
Dono : Minta di-eksplor dari sisi consumer behaviors-nya Mbak…
Nia     : Ada datanya?
Dono : Eh..hehehe.. gak ada..
Nia     : Buat kapan nih?
Dono : Sore ini…
Sfx     : Sebuah benda berat melayang, mendarat mulus pada Dono
Dono : aduuuuuh… (End tune).

Thursday, August 19, 2010

Day 2 : Have you found your true passion?

I have. 
Awalnya, gue kira menulis adalah passion gue yang sejati. Sampai akhirnya gue menemukan dan menyadari, ternyata passion gue yang sesungguhnya bukan ini. Don’t get me wrong. I love to write. Gue juga hidup dari nulis. Menulis kebutuhan komersial dalam bahasa konsumen. 
Hasrat gue sesungguhnya, ternyata hal yang paling mendasar dari segala kebutuhan : perut. Maksudnya, passion gue adalah : cooking!
Gue baru menyadari betapa gue menikmati saat-saat mengolah berbagai macam bahan mentah, menjadi makanan siap santap. Eits, gue gak bilang masakan gue enak lhooo....
Jujur, hasilnya kadang-kagang. Kadang enak, kadang biasa aja, kadang gagal. Tingkatan kegagalan biasanya diberikan para kelinci percobaan di rumah : suami + anak. Tapi inipun jauh banget dari penilaian objektif. Terutama karena suami gue cuman tahu 2 jenis makanan : enak, dan enak banget.
Dari semua jenis masakan di muka bumi, kebetulan gue paling seneng masak makanan favorit sendiri : pasta. Bukan jenis resep pasta yang cangih-canggih berbahan dasar nama-nama asing asli Italia, tapi justru pasta-pasta minimalis yang super gampang dan cepet bikinnya. Rekor tercepat bikin pasta, 15 menit. Itupun karena merebus pasta yang ideal kelembutannya memang 15 menit dengan api sedang.
Kalau dirunut-runut sejarah gue turun ke dapur, bisa dibilang sejak gue diijinin pegang pisau sendiri. Sekitar kelas 3 SD barangkali. Mungkin juga karena berasal dari keluarga berdarah Sumatra yang urusan masaknya selalu heboh, bantuan tenaga di dapur sangat dibutuhkan para ibu dari anak-anak gadisnya.
Setiap akhir pekan, nyokap akan belanja banyak sekali ini itu dari pasar. Bahan-bahan ini itu yang harus dibersihkan, disiapkan, diolah setengah jadi (kemudian masuk ke kulkas, tinggal olah tiap mau makan), sampai jenis yang siap santap.
Kupas bawang, giling cabe, memeras santan... menjadi hal biasa untuk gue. Tentu saja, saat itu belum terfikir kalau memasak adalah panggilan jiwa. Tapi yang jelas gue gak pernah merasa terpaksa, biarpun belum sampai bener-bener suka.
Oke, let’s talk about ‘memasak’. Selain hobi masak pasta (macaroni, spageti, fettucine, penne, dsb) masih banyak jenis masakan atau menu lain yang pengen ‘gue’ garap. Terutama dari jenis kue-kue basah. Sekalipun, belum pernah coba bikin bolu kukus. Or aneka cakes menggoda. Mudah-mudahan, gue bisa punya kesempatan (plus peralatan dapur yang lengkap dan canggih hehehehe ) untuk lebih bisa gila-gila-an dengan passion yang satu ini....
What about you?


Beberapa jenis makanan, yang gue pengen banget bisa bikinnya.... *pasti bisa sih, belon dicoba ajah... hehehe....