Monday, August 23, 2010

Day 6 : ‘Z’, are you my best friend?

KBBI
sa·ha·bat n kawan; teman; handai:
ia mengundang -- lamanya untuk makan bersama-sama di restoran;--
dekat sahabat karib; -- karib sahabat yg sangat erat (baik); teman yg akrab: dia adalah -- karib kakakku; --kental sahabat karib
ber·sa·ha·bat v 1 berkawan; berteman: jangan - dng orang jahat; 2 menyenangkan dl pergaulan; ramah: ia sangat -;
per·sa·ha·bat·an n perihal bersahabat; perhubungan selaku sahabat: - kedua orang itu telah berjalan bertahun-tahun;
mem·per·sa·ha·bat·kan v menjadikan bersabahat; memperhubungkan supaya bersahabat; memperkenalkan (dng)

Gue punya seorang teman 'Z' yang udah gue kenal sejak umur gue 6 tahun. Artinya, sudah 24 tahun. Sebenarnya gak cuma seorang sih, cukup banyak juga temen-temen lain yang gue kenal sejak kelas 1 SD dan masih tetep terjalin silaturahmi sampai hari ini.

Gila ya, 24 tahun! Dan selama 24 tahun ini jalan cerita pertemanan kami turun-naik, hilang-pergi, dekat-jauh. Tapi yang jelas, sejak 24 tahun lalu, gue tahu banget, 'Z' seorang teman yang baik. Gue sayang sama dia.
 
Well, kami sekelas selama 6 tahun di SD. Lanjut ke SMP yang sama. Juga ke SMU yang sama. Dan akhirnya, kuliah di kampus yang sama! See, terkadang temen-temennya otomatis jadi teman gue. Temen-temen gue, juga jadi temen dia. Kebetulan karena arah pulang ke rumah kami searah, maka pertemanan ini banyak terjadi di perjalanan pulang sekolah.

Sayangnya meski kenal lebih dari 24 tahun, kadang gue merasa 'gak kenal' dia. Kadang dia muncul dengan cerita hidup bak kisah di buku-buku saja. Kadang dia muncul membawa sensasi luar biasa. Tapi dia, selalu menjadi teman yang baik dengan senyum yang mengembang.

Gue pernah merasa sangat dekat dengan 'Z'. Lebih dari sahabat. Kalau bisa, mungkin kategori 'sister in blood'. Tapi tahun-tahun belakangan ini, bagi gue dia lebih seperti misteri.

Hilang, tapi kemudian kembali. Lagi-lagi dengan kisah sensasi. Seperti tak bisa lepas dari hidupnya, sejak kami makin dewasa seusai kuliah. Sensasi yang gue maksud bukan berarti negatif atau salah. Sama sekali bukan itu. Hanya saja, pilihan hidup 'Z' bagi gue (yang pengecut), cukup 'menggelegar'.

Di 2004, 'Z' memutuskan menikahi seorang laki-laki beristri warga negara tetangga. Dengan bentang jarak usia, yang cukup jauh. Saat itu, mungkin sekitar 25 tahun. Aku dan teman-teman dekat 'Z' yang lain, tak lain hanya bisa memberi dukungan. Bagi kami, dalam pertemanan ini segala keputusan kembali ke diri masing-masing. Segala baik-buruk pertimbangan, adalah mutlak ujian bagi kedewasaan masing-masing. Atas nama kebahagiaan : kamu senang, kami turut bahagia. Kamu sedih, kami turut berduka.

Di saat yang sama, di usia pertengahan 20 kami telah menentukan arah hidup masing-masing. Berbahagia, dengan cara yang kami suka : Ada yang menikah dengan laki-laki pilihan ibunya (sulit untuk dipercaya, masih terjadi di tahun 2000an), ada yang menikah 'dalam pelarian' karena tak mendapat restu orang tua, ada yang menikah setelah dicomblangi, dan ada yang menikah dengan pacar pertamanya di bangku SMU. What a life.

It's a kind of magic, bagaimana kebahagiaan punya ukurannya masing-masing. Cinta, materi…. Semua seperti berada di zona 'perjuangan' hidup masing-masing. Menikah dengan laki-laki pilihan hati, kemudian menyempurnakan fitrah sebagai wanita : melahirkan dan menjadi ibu.

Singkat cerita di pertengahan 2000, sebagian besar dari kami telah menjadi ibu. 'Z', pun menjadi seorang ibu dari laki-laki kecil bermata cemerlang. Garis tangan, ada yang menentukan.. Tak ada yang abadi. Seorang sahabat kami, kembali berpulang mendahului, meninggalkan luka dan sedih di hati kami, dan 2 orang anaknya yang masih haus dekapan ibu.

Begitu pula dengan 'Z'. Suaminya, mengalami sakit keras, dan kemudian berpulang di tanah kelahirannya. 'Z', teman ku tersayang menjadi seorang janda di usia yang masih amat muda. Usia, yang masih membutuhkan limpahan cinta, dampingan dan curahan cinta. Kami semua sedih, kami berduka.

'Z', sekuat karang. Gue belum pernah bertemu perempuan lain (seusia) yang begitu gigih dan optimis memandang hidup, terlepas dengan cara dan bagaimana dia mencapainya. 'Z' selalu terlihat seperti problem-less. Di saat terberat pun, dia masih bisa tertawa. Entah dibalik sinar matanya… Adakah duka? Adakah gelisah? Gue rasa, ya. Ada.

Akhir minggu lalu, sebuah kabar mampir lagi lewat jendela Yahoo Messenger gue. 'Z' is getting married! Wow… this is a great news, selain faktanya kami belum kenal siapa calon suaminya ini.

Whatever… kami yakin 'Z' pasti sudah mempertimbangan keputusannya matang-matang. Dan sambil mendoakan yang terbaik untuknya, kami menunggu datangnya undangan untuk hari besar ke-2-nya setelah lebaran.

Sekali lagi, tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Pun, tidak ada yang abadi. Jalan hidup gue pun tidak seindah nama gue. Tak semerdu suara Park Hyo Shin. Tapi teman adalah harta. Dalam peran idealnya, teman akan selalu ada. Teman, adalah tempat untuk kembali. Just like a Home.

'Z', are you my best friend?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

3 comments:

  1. AAAAAAAAH! Merinding bacanya, so how is she doing? Aku pun punya "saudara" yang deket dari kita kelas 2 SD sampe hari ini, sejauuuuuuuh apapun kita sekarang, ada hari-hari dimana aku akhirnya akan ceritanya semuanya cuma ke dia (saja). Yes, teman itu harta.

    ReplyDelete
  2. She's doing just fine. Wondering, akankah dia baca posting-an ini someday...? :) Setealh baca, akan marah kah dia? (gak bakal, dia kebal hahahaha)

    Tara, liat dong, gw ngirim postingan ini dari mana...? Jempol kapalan euy!

    ReplyDelete
  3. dari Blackberry! canggiiiiiiih, aku belum pernah nulis postingan sepanjang ini dari hp. Eh temen aku yg jadi "inspirasi" nulis di blogku, aku suruh baca loh hahaha

    ReplyDelete