Wednesday, August 18, 2010

Day 1: Antara gue, minyak kayu putih, dan masa lalu.

Tiba-tiba terlintas untuk nulis tentang ini. Firstly, benda ini, terlalu lekat dalam hidup gue. Mereka yang mengenal gue cukup dekat atau cukup lama, biasanya tahu persis kemana mereka akan datang bila perlu : minyak kayu putih.
Yep. Gue selalu bawa minyak ini kemanapun gue pergi. Dengan aroma-nya yang khas, dengan resiko dimusuhin bule-bule di pesawat, or siapapun juga yang anti sama bau-nya, benda ini setia selalu ada di dalam tas. 

Jadi, hal paling sederhana yang bisa gue lakukan bila serangan pup ini datang adalah : pegang batu. Yes. Pegang batu sampe keringet dingin. Waktu nyokap tahu gue punya masalah ini, mulailah beliau membekali ku dengan : minyak kayu putih. Lupa waktu itu merek-nya apa.
 
Walaupun gak ada penelitian di ujung dunia manapun bahwa minyak kayu putih bisa menghilangkan keinginan untuk pup, tapi setidaknya untuk gue saat ini, sugesti pengoleskan minyak kayu putih di perut, AMPUH mngusir kebelet pup setidaknya sampe berada aman kembali di rumah sepulang sekolah…. Alhamdulillah.

Nah! Sejak itulah, keterikatan-ku dengan minyak ini di mulai.

From wikipedia, hasil pencarian dari minyak kayu putih :
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih (M. leucadendra). Minyak atsiriper oral (diminum) atau, lebih umum, dibalurkan ke bagian tubuh. Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut kembung. ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat dikonsumsi. Minyak ini mengandung terutama eukaliptol (1,8-cineol) (komponen paling banyak, sekitar 60%), α-terpineol dan ester asetatnya, α-pinen, dan limonen.

Minyak kayu putih banyak menjadi komponen dalam berbagai salep dan campuran minyak penghangat. Salep macan dan minyak telon diketahui menggunakan minyak kayu putih sebagai penyusunnya.

Oke. Let’s talking about the ‘brands’. So far, udah sekitar 6 atau 7 merek gue coba. Dari yang murah meriah  (Cap Lang) sampe yang lumayan mahal (Konicare), dari yang mudah dicari (tetep Cap Lang), yang langka di toko obat (Cap Ayam, Medan), sampe yang tidak ada mereknya karena ASLI diboyong dari pembuatnya di Ambon.

My favorite goes to…. Minyak Kayu Putih Sidola. Aroma-nya gentle, dan hangat-nya pas (gak mau cari kata ungkapan lain, takut mereka pake jadi tagline). Harganya juga pas, mengingat dalam sebulan gue pasti beli botol ukuran besar.

My life won’t be the same without minyak kayu putih.

So, kapanpun lo butuh minyak kayu putih untuk alasan mules, masuk angin, mual, or just pengen cium aroma hangatnya : just come to me. 




2 comments:

  1. oh skrg masuk akal, pantesan aku ga suka bau minyak kayu putih........aku soalnya bule

    ReplyDelete
  2. ya ampuunnnn... kemana aja waktu ngaca, neng???

    ReplyDelete