Thursday, October 06, 2011

Jogya, it’s nice to see you again... (2)

Oleh si abang becak yang setia menunggu, selanjutnya kami menuju menu utama tujuan hari pertama. Taman Pintar. Terletak gak jauh dari jalan Maliboro, taman pintar layak dikunjungi para turis domestik yang bawa anak. 


Bisa dibilang, taman pintar ini gabungan museum-museum di TMII Jakarta. Isinya beragam:  sejarah, iptek, dan banyak hal yang berhubungan dengan pelajaran sekolah. Saat kami datang, ternyata sedang ada acara Jogya EduExpo. Rameee banget. Seru. Yang terpenting, kunjungan ini sukses bikin Caca terkesan. Malah sempet minta balik lagi.







Puas keliling taman pintar, berikutnya jalan kaki lewat belakang menyusuri jalan langsung ke pasar Bringhardjo. Karena belum ada rencana belanja, cukup puas kami lihat-lihat aja kesibukannya. Kanan kiri batik, aromanya batik, semua orang berbatik. Hidup batiiik! 






This is what I love the most. Suasana, riuh rendah aktifitas khas Jogya. Pedagang batik, penjaja minuman keliling, abang becak yang tertidur di bangku becak mereka, kusir-kusir delman yang saling lempar guyon, sepeda yang lalu lalang, penjaja makanan khas yang ramai dikelilingi pelanggan setianya, serombongan pengamen kratif dengan alat-alat musik yang mereka bawa, turis-turis aneka rupa warna kulit.... I just enjoyed the ambiance.

Puas memanjakan mata, betis mulai berontak. Akhirnya kami putuskan kembali ke hotel naik delman. Check in, shalat dan istirahat sebentar. Gak lama, perut meronta minta diisi. Tapi karena Caca berencana berenang, diputuskan cari makan di sekitar hotel. Pilih-pilih, akhirnya nyobain warung soto dan rawon. Enak, murah. Perut kenyang, saatnya berenang.

Hari itu cuaca Jogya enak sekali. Sesekali terik, tapi lebih sering adem. Banyak awan di langit, tapi tidak ada tanda-tanda akan hujan. Ternyata, hujan belum menyapa Jogya di awal Oktober ini.

Hari  beranjak naik. Minggu sore di Jogya. Relatif cukup tenang, nyaman. Dengan lalu lintas dan udara yang tidak sepekat Jakarta, naik becak kemana-mana masih dalam hitungan ok lah. Maka berbecak ria lah kami. Kali ini, menuju pusat keramaian sore kota Jogya, alun-alun selatan. 


Di perjalanan, berkali-kali kami meminta abang becak jangan sampai salah alun-alun. Gak mau dong, tau-tau diturunin di alun-alun utara... si abang becak cuman tertawa ringan.
Melintasi daerah kauman yang adalah markas besar Muhammadiyah (Ahmad Dahlan pendirinya, dulu lahir, besar dan tinggal  di kauman). Tiba-tiba si abang becak bercerita. Kalau musim kampanye, daerah kauman berubah biru. Berubah jadi kekuatan biru sebuah partai. Si abang menunjuk sebuah jalan, dan dengan ringan bilang di dalam jalan itulah rumah bapak Amin Rais. Iiih, kalo ada bokap gue atau  nenek gue, mereka pasti maksa buat mampir. Secara mereka ngefans dari dulu sama si bapak itu.



Akhirnya, kami mendarat di alun-alun selatan. Keramaian langsung terlihat. Si abang becak sempet cerita, bahkan penduduk asli tidak seantusias para pelancong untuk mencoba berjalan di antara 2 pohon beringin besar di tengah alun-alun. Pusat keramaian, berpusat di bagian depan 2 pohon itu. Bayak yang sedang mencoba berjalan dengan mata tertutup. Sampai-sampai ada penjual (atau sewa?) khusus penutup mata seharga 4000 rupiah.






Gue gak tertarik untuk nyoba. Sore ini, cukup jadi pengamat duduk manis dipinggir alun-alun. Sambil menikmati suasana keramaian. Banyak banget sepeda tandem dan sepeda hias yang disewakan jam-jaman. Khusus untuk keliling alun-alun saja. Sepeda hias didesain mirip becak, bahkan ada yang bertingkat, dicat warna-warni dan diberi lampu kelap-kelip. Meriah.




Yang paling menarik, adalah bagian pojok-pojok alun-alun. Di mana penjual makanan berkumpul. Ada yang lucu. Sudah lama kepengen makan cireng isi khas bandung, eh malah nemu di sini. Jadilah gue dan Caca makan cireng bandung, di jogya. Pasti rasanya kaya nongkrong angkringan tapi di bandung deh. Hehehhehe...



Puas main di alun-alun, kembali naik becak ke area malioboro. Maksud hati, mau ubeg-ubeg mirota. Cari-cari sesuatu yang menarik. Sayangnya begitu sampe, mirota full house sama turi-turis asing terutama Jepang. Padat banget di dalam toko itu. Gabungan aroma kemenyan dan dupa yang bercampur, seketi membuat caca ogah untuk masuk. Gagal lah rencana ekspansi mirota batik.

Liat Caca yang sudah ‘tunduh’ berat, akhirnya diutuskan seleai sudah petulangan hari pertama. Tanpa sempet makan malem, kami balik ke hotel. Bener aja, gak lama sampe dan ganti baju, caca langsung tertidur pulas.

No comments:

Post a Comment