Sunday, October 09, 2011

Enchanting, Jogya.... (1)

Hari ke-2. Dari catatan rencana jalan-jalan, maka hari ini cukup padat. Walaupun tetep cuma city tour alias gak keluar kota, tapi tujuan utama hari adalah keraton ngajogyakarta. Icon terpenting kota Jogya, selain jalan malioboro tentunya.

Bangun pagi, kami gak mau banyak buang waktu. Saatnya sarapan di hotel, makan kenyang bekal energi  buat jalan-jalan. Untungnya, Caca bukan tipikal anak rewel yang harus banyak dibujug ini itu. Segala hal, bisa dikompromikan. Seperti rencana jalan-jalan hari ke-2, tentu gue juga minta persetujuan dari Caca dulu. Daripada sepanjang hari dia cemberut, kan gak asik.

Sekedar sedikit tips travelling sama anak, sebaiknya diskusikan dulu tempat tujuannya. Beri gambaran sekilas, tentang apa yang akan mereka lihat. Intinya, buat anak penasaran. Dan merasa passionate untuk memulai perjalanan.



Maka, berangkatlah kami menuju keraton, berbecak ria. Untunglah, kami datang cukup pagi. Antrian membeli tiket masuk, belum panjang. Karena gak lama setelah masuk, datang bus-bus besar berisi mahasiswa entah dari mana.

Masuk keraton Jogya, relatif mural lah. Bertiga, plus bea untuk kamera, gak sampe 20.000. Masuk ke teras, seorang pemandu menyambut kami dengan senyum lebar. Setelah berkenalan, Pak Agus tak membuang banyak waktu, langsung memandu kami masuk ke dalam keraton.

Di luar dugaan, ternyata kunjungan ke keraton memakan waktu cukup lama. Banyak juga bagian-bagian keraton yang kami bisa lihat. Pak Agus dengan fasih bercerita tentang hal-hal penting dari setiap tempat yang kami datangi. Kebetulan saat gue dateng, keraton sedang bersih-bersih. Abdi dalem terlihat sibuk di sana sini. Ternyata dalam waktu dekat, Sultan akan kembali menikahkan putrinya. No wonder, keraton semakin dipercantik.

Tak terasa, dari ujung ke ujung bagian keraton yang terbuka untuk umum, sudah kami jelajahi. Biarpun terlihat sedikit bosan dan cape keliling-keliling, Caca gak banyak protes. Tapi karena memang sudah sangat siang, perut terasa keroncongan.















Masih terasa di ujung lidah kenikmatannya, akhirnya kami sepakat makan siang lagi di gudeg Bu Gito jalan wijilan.  Dari kertaon ke jalan wijilan ternyata gak jauh. Gak perlu lama-lama, kami saudah bisa kembali menyantap gudeg istimewa ini. Karena memang kebetulan jam makan siang, suasana rumah makan lebih ramai daripada kemarin. Pelanggan datang dengan mobil-mobil pribadi. Sebagian turis, sebagian seperti penduduk asli Jogya.

Di agenda, semustinya perjalanan berlanjut ke kota gede. Tapi kemudian abang becak malah berhasil membuat kami urung pergi ke sana. Si abang becak bilang, kalau mau lihat koleksi perak, tidak perlu jauh ke kota gede. Seputar keraton pun banyak tersedia kerajinan perak. Dari segi harga dan kualitas, tidak ada bedanya. Oh well... baiklah. Coret dari daftar...

Next, kami kembali diantar abang becak melihat koleksi-koleksi perak di beberapa toko. Gue baru ngeh, kalo urusan beli perak sekarang ini sudah pake timbangan gram. Harga 1 gram perak, 25.000. di luar ongkos pembuatan tentunya. Makin rumit bentuk perhiasan atau asesoris, makin mahal harganya. Dulu gue punya koleksi cincin perak lumayan banyak. Sekarang entah di mana... jadi rada nyesel.

Puas lihat-lihat, lagi-lagi pengen kembali ke area maliboro. Karena memang jadwal hari ini, gue mau beli beberapa barang kebutuhan sendiri dan oleh-oleh. List belanja sudah aman di tangan. Sayangnya Caca mulai cemberut. Akhirnya dia memilih kembali ke hotel, dan kembali berenang. Gue, belanja sendirian. Somehow, gue lebih suka belanja sendirian. Hehehhehe...

No comments:

Post a Comment