Ternyata untuk gue yang gak terlalu hobby belanja dan sama sekali gak jago nawar harga barang, maliboro tetap dan selalu saja menarik. Memang gak semua barang gue pelototin or gue beli. Gue udah punya daftar apa aja yang pengen gue beli. Ini paling penting.
Standar oleh-oleh lah. Kaos khas dengan image or tulisan Jogya, dan sendal-sendal kulit sederhana. Karena budgetnya memang terbatas, gue berusaha focus hanya cari barang-barang di dalam daftar aja. Gue cukup bangga sih, karena gue disiplin urusan beginian *on quote, pelit? Hahahhahah....
Berhasil dapetin oleh-oleh buat bokap, nyokap, mertua dan ipar-ipar, baru deh hunting barang untuk diri sendiri. 2 celana panjang batik untuk santai di rumah, 2 pasang sepatu-sendal kulit, 2 kaos santai. Untuk caca, tas rajut kecil dengan pita cantik langsung dia pake kemana-mana.
Soal tawar menawar, gue sedikit merasa too easy. Tiap gue nawar, gak pake panjang lebar langsung deal. Ehm, apakah ini salah satu lagi bukti gue so lame urusan tawar-tawaran ya? Jangan-jangan sebenernya bisa lebih murah? Ah sudahlah.... Ini bukan masalah seni tawar menawar. Ini masalah kepuasan. *look who’s talking, ha-ha-ha
Tentengan di tangan makin berat. Saatnya balik ke hotel, dan gabung berenang sama Caca. Sore itu, langit Jogya cerah sekali. Paling cocok untuk malas-malasan sambil main air di kolam renang hotel. Selesai renang, gue mulai packing. Bukan kenapa-kenapa, gue paling gak suka melakukan apapun in last minutes. Walaupun pesawat besok agak siang dan bisa lebih santai, bukan berarti urusan packing jadi ditunda-tunda. Apalagi tumpukan baju kotor plus baju basah bekas berenang sudah berantakan di dalam kamar. Gak betah liat yang berantakan.
Selesai packing dan bersih-bersih badan, perut kembali keroncongan. Gak terasa emang sudah mulai malam. Tanpa buang banyak waktu, loncatnya lagi ke atas becak. Kali ini, tujuannya adalah leyeh-leyeh makan di lesehan area alun-alun selatan.
Diperjalanan, abang becak (sebagai ujung tombak pemandu pariwisata lokal Jogyakarta) dengan baik hati, menyarakan kami mampir ke daerah Jl.KS Tubun atau wilayah pathuk. Yak betul untuk beli oleh-oleh khas Jogya lainnya, bakpia.
Karena bilang kami tertarik untuk lihat langsung cara buatnya, sama si abang becak, kami dibawa ke pabrik bakpia pathuk 25. Lihat langsung bagaimana caranya dibuat, kami juga bisa nyobain bakpia yang beneran baru keluar dari oven. Yuuuumy!
Dari aneka rasa yang bisa dipilh, cokelat dan keju jadi favorit kami. Biarpun belinya gak banyak semua pelayan toko tetep dengan ramah melayani. Membagi info dengan royal. Sampe resep dan cara bikiinya saja mereka kasih tau. Dengan alasan, semua bukan rahasia. Ini ilmu, kenapa jadi rahasia... hebat. Kalo ada yang mau meniru, silahkan. Mereka gak keberatan. Cara bisnis yang terbuka begini, malah mendekatkan pelanggan. Terbukti yang belanja bakpia banyak banget. Dari yang cuma beli 2 kotak kecil, sampe yang berkardus-kardus besar.
Sudah pegang sekardus sedang isi 5 paket bakpia, kembali kami loncat ke atas becak. Kembali ke tujuan semua, alun-alun selatan. Perut makin riuh rendah menggelar konser keroncong. Belum sampai di alun-alun, tiba-tiba terlihat lah warung ini. Sederhana, dengan plang ‘Jogya Soup’.
Dari agak jauh, aroma yang keluar dari warung ini sudah menggoda. Kami yang di atas becak, sontak bengong. Rame banget yang antri! Kayaknya enak! Seketika niat ke alun-alun dibatalkan. Kami minta trun di situ. Masuk ek dalam warung sederhana itu, duduk lesehan. Lele bakarnya, luar biasa enak. Sopu iga jamurnya, lezat sampe tetes terakhir. Puas. Murah. Definitely harus makan di sini, kalau ke Jogya lagi!
Perut kenyang, dan hari belum lagi terlalu malam. Lagi-lagi, kembali ke malioboro. Dengan alasan masi tersisa budget, lagi-lagi hunting oleh-oleh. Kali ini, sasaranya pernik-pernik etnik. Unik, gak makan tempat di bagasi. Perfect.
Puas, betis mulai protes. Balik ke hotel. Tidur nyenyak sambil mengingat-ingat betapa serunya hari ini....
No comments:
Post a Comment