Friday, July 16, 2010

Last day. But I'll be back.

Sudah hampir 4 hari aku bersentuhan langsung dengan kota Bangkok. Gak terasa, sudah harus packing lagi semua barang dan bersiap pulang ke Jakarta esok siang.

Tentang packing, aku gak mau asal-asalan. Berkat pengalaman over bagasi di KL yang mencapai hampir 10 kg (Awww, harus bayar perkilo sekitar RM21. Hiks.....), jangan sampai kali ini terulang lagi. Bagasi, harus tetap dibawah angka 20Kg. Pengaturan yang sangat menantang! Hasilnya, tas ransel pun diisi jenis barang berat, dan bikin punggung terasa pegal begitu sampai di kabin pesawat.

Selain itu kunjungan ke Bangkok kali ini, bisa dibilang masuk kategori ‘tidak belanja’. Kecuali tentu saja beberapa kilo oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman di kantor (teuteeeep).

Berkat pilihan jenis ‘oleh-oleh’ yang ringan, alhamdulillah proses packing jadi gak terlalu sulit. Beda banget sama kejadian packing di KL, yang full cokelat, IKEA, sepatu VINCCI dan kantong-kantong great sale-nya Parkson... 

Ada yang sedikit beda dari petualangan belanja di Bangkok dan kota-kota belanja lain seperti KL atau Singapore. Di Bangkok, kartu kredit tidak terlalu banyak berguna. Uang cash, harus selalu tersedia di dompet. Money changer mudah ditemukan di setiap sisi kota terutama di wilayah pertokoan, dengan rate-nya juga cukup bersahabat.





Satu yang tersisa. Seorang sahabat, titip untuk dibelikan sepasang ‘thai boxing’ gloves. Di Jakarta, harganya masih selangit. Sebenarnya, aku sudah coba cari dan tanya-tanya harganya di MBK dan Platinum Mall. Sayangnya, belum ketemu yang bener-bener pas dengan yang di inginkan. Karena tidak punya banyak waktu lagi, sore itu ku putuskan untuk ‘hunting’ ke toko khusus peralatan thai boxing.

Keluar hotel, jalanan macet di mana-mana. Seketika mata langsung tertuju pada gerombolan ojeg motor di depan hotel. Seperti di Jakarta, ojeg di Bangkok kebanyakan motor bebek. ‘Abang’ ojeg, wajib memakai sejenis rompi berwarna oranye. Ehm,... seru juga kalo petualangan di Bangkok ini ditutup dengan nyobain naik ojeg Bangkok... 

Dengan bantuan staf front office hotel, dan dengan bahasa tarzan meniru gerakan thai boxing, abang ojeg dengan gembira bersedia mengantar ku ke sebuah toko khusus perlengkapannya. Sayang, aku lupa nama areanya apa... Kalau gak salah, di sekitar national stadium, gak terlalu jauh dari area Sukhumvit. Tarif yang ditawarkan si abang ojeg sebesar TB60 bolak-balik sampai ke hotel lagi, langsung ku setujui tanpa tawar-menawar lagi. Murah bangeeeet!

Menurut si abang ojeg, karena macetnya jalan di saat jam pulang kantor maka dia akan mengambil ‘mouse route’. Terbayang, slum area di Jakarta yang biasa jadi ‘jalan-jalan’ tikus. Tapi ternyata, jalan tikus di Bangkok, bersih, rapih, dan sama sekali gak kumuh. Masuk ke kompleks perumahan, tau-tau motor muncul di area jalan utama yang luas. Gak lama, terlihat jejeran toko peralatan ‘thai boxing’ dari berbagai macam merk.

Gak pake lama, barang yang dicari akhirnya ketemu. Sepasang sarung tinju ‘WENDY’ berwarna hitam putih, dengan harga sekitar 350ribu rupiah. Mission, accomplished! Kembali ke hotel...!

Pagi terakhir Bangkok, ku putuskan untuk kembali berjalan kaki di sekitar area Sukhumvit. Yang anti sama anjing, mungkin harus mikir-mikir lagi jalan kaki di sini. Pagi hari, emang waktunya para anjing untuk ‘jalan’.

Lewat toko buah, truk angkut buah baru aja tiba. Ngeliat berkeranjang-keranjang bambu buah leci pink segar yang masih beraun, wuuuih ngiler banget! Buah naga, kelapa kopyor, mangga besar berwana kuning, longan, pepaya, rambutan, jambu air besar panjang hijau dan merah... waaah.... seru banget ngeliatnya! Seketika teringat ‘ratu dan raja’ buah di rumah.





Sebelum jadi kalap, untung inget untuk minta info
rmasi tentang izin membawa buah ke atas kabin pesawat. Menurut om yang bekerja di bagian kargo GIA, sebaiknya tidak membawa buah terlalu banyak. Khawatir, akan disita bagian karantina. Kan rugi bandar klo beli banyak.... Akhirnya, cukup beli leci 2 kilo sajalah....

Gak terasa, jarum jam di tangan sudah di angka 8. Waktunya mandi! Gak pake lama, jam 9.30 tepat, aku siap check out dan meluncur menuju airport. Jalan sabtu pagi itu cukup bersahabat. Cukup 40 menit, sampe!

Bagian keberangkatan ‘Svarnabhumi’ Bangkok Int’l Airport, look so nice and huge. Lagi-lagi harus siap modal jalan kaki. Walaupun gak sejauh berjalan di terminal kedatangan, dengan beban tas ransel yang padet rasanya sih ‘lumayan’ juga. Urusan check-in dan imigrasi (baik kedatangan atau keberangkatan) di Bangkok, terasa lebih mudah dan ramah. Petugas perwakilan check-in GIA di sini pun jauh lebih bersahabat. Tetap tersenyum ramah, saat aku meminta baris depan sisi jendela. Yang bikin lega, tentu saja angka total bagasi yang sukses berada di angka 17 kg saja. Yeeeey!





Tiba di bagian dalam airport... taraaaaaaaaa.... jejeran butik kelas atas, dan guess what... toko buah, ada di mana-mana! Siip lah! Bertambah lagi deh jinjingan plastik berisi buah-buahan khas thai yang tempting. Senangnya!

Berada di area keberangkatan Svarnabhumi Airport, terasa sepeti berada di sebuah mall serba ada. Bahkan sebuah resto halal, juga ada di sini. Tapi karena waktu boarding yang tinggal sekitar 30 menit lagi, aku lebih memilih menahan lapar dan makan hidangan dari Garuda saja nanti di penerbangan.

Siang itu, cuaca kurang bersahabat karena langit mulai menjadi gelap. Tapi penerbangan dengan Garuda, tetap on schedule. Melangkah memasuki kabin, tiba-tiba ada rasa yang tersisa. Mungkin sepotong hati ku tertinggal di sini....

Di kabin Garuda dengan interior baru yang menawan, ku bisikkan sebuah harapan dalam janji. I’ll be back.








No comments:

Post a Comment