Get Touched....

Di boarding pass, tercantum waktu keberangkatan adalah 12.40. Artinya, itu sudah masuk waktu shalat dzuhur. Karena waktu perjalanan kembali ke Jakarta kurang lebih 3,5 jam, maka waktu perkiraan tiba di Jakarta sekitar jam 5 sore. Tidak bisa tidak, aku harus shalat dzuhur sebelum take off. Tak disangka, aku malah menemukan pengalaman spiritual sangat menggetarkan di sini.

Awalnya, ragu. Apa ada mushalla atau surau di airport canggih ini? Di negara yang bukan mayoritas muslim...? Keraguan, yang spontan mendapat ‘jawaban’. Di papan petunjuk di depan area terminal tunggu, tertulis jelas arah “MUSLIM PRAYER ROOM”. Nyeees... lega!

Begegas mengikuti arah petunjuk yang mudah diikuti, akhirnya ku temukan juga mushalla itu. Seorang petugas, menyambut ku dengan melantangkan salam. ‘Asslamualaikum! Muslimah, shalat area in this way!’ tunjuknya, dengan wajah ramah.

Mengintip bagian dalam... subhanallah..... hati mendesir-desir... Mushalla itu cukup besar. Full dingin ber AC dengan karpet tebal berwarna cokelat. Terbagi dalam 2 bagian. Depan untuk laki-laki dan belakang untuk perempuan. Yang mengharukan, di sini, di sebuah mushalla bersahaja, di sebuah airport modern, di negara non muslim, berkumpul semua ras manusia sedang berjamaah shalat dzuhur.

Sebut saja... Bule-bule eropa, negro hitam afrika, cina,india, melayu... Semua saling sapa dalam kehangatan. Lihat, kami semua bersaudara. Mungkin beginilah versi ‘mini’ dari mekkah. Di mana semua ras manusia berkumpul di rumah Allah. Bedanya, ini adalah di sebuah mushalla di airport negara non-muslim. Dada terasa bergetar. Saat shalat, air mata hangat mengalir. Sebuah pengalaman batin yang tak ternilai harganya. Subhanallah.... Thank You, Allah! For, this great moment of my life.

Last day. But I'll be back.

Sudah hampir 4 hari aku bersentuhan langsung dengan kota Bangkok. Gak terasa, sudah harus packing lagi semua barang dan bersiap pulang ke Jakarta esok siang.

Tentang packing, aku gak mau asal-asalan. Berkat pengalaman over bagasi di KL yang mencapai hampir 10 kg (Awww, harus bayar perkilo sekitar RM21. Hiks.....), jangan sampai kali ini terulang lagi. Bagasi, harus tetap dibawah angka 20Kg. Pengaturan yang sangat menantang! Hasilnya, tas ransel pun diisi jenis barang berat, dan bikin punggung terasa pegal begitu sampai di kabin pesawat.

Selain itu kunjungan ke Bangkok kali ini, bisa dibilang masuk kategori ‘tidak belanja’. Kecuali tentu saja beberapa kilo oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman di kantor (teuteeeep).

Berkat pilihan jenis ‘oleh-oleh’ yang ringan, alhamdulillah proses packing jadi gak terlalu sulit. Beda banget sama kejadian packing di KL, yang full cokelat, IKEA, sepatu VINCCI dan kantong-kantong great sale-nya Parkson... 

Ada yang sedikit beda dari petualangan belanja di Bangkok dan kota-kota belanja lain seperti KL atau Singapore. Di Bangkok, kartu kredit tidak terlalu banyak berguna. Uang cash, harus selalu tersedia di dompet. Money changer mudah ditemukan di setiap sisi kota terutama di wilayah pertokoan, dengan rate-nya juga cukup bersahabat.

Satu yang tersisa. Seorang sahabat, titip untuk dibelikan sepasang ‘thai boxing’ gloves. Di Jakarta, harganya masih selangit. Sebenarnya, aku sudah coba cari dan tanya-tanya harganya di MBK dan Platinum Mall. Sayangnya, belum ketemu yang bener-bener pas dengan yang di inginkan. Karena tidak punya banyak waktu lagi, sore itu ku putuskan untuk ‘hunting’ ke toko khusus peralatan thai boxing.

Keluar hotel, jalanan macet di mana-mana. Seketika mata langsung tertuju pada gerombolan ojeg motor di depan hotel. Seperti di Jakarta, ojeg di Bangkok kebanyakan motor bebek. ‘Abang’ ojeg, wajib memakai sejenis rompi berwarna oranye. Ehm,... seru juga kalo petualangan di Bangkok ini ditutup dengan nyobain naik ojeg Bangkok... 

Dengan bantuan staf front office hotel, dan dengan bahasa tarzan meniru gerakan thai boxing, abang ojeg dengan gembira bersedia mengantar ku ke sebuah toko khusus perlengkapannya. Sayang, aku lupa nama areanya apa... Kalau gak salah, di sekitar national stadium, gak terlalu jauh dari area Sukhumvit. Tarif yang ditawarkan si abang ojeg sebesar TB60 bolak-balik sampai ke hotel lagi, langsung ku setujui tanpa tawar-menawar lagi. Murah bangeeeet!

Menurut si abang ojeg, karena macetnya jalan di saat jam pulang kantor maka dia akan mengambil ‘mouse route’. Terbayang, slum area di Jakarta yang biasa jadi ‘jalan-jalan’ tikus. Tapi ternyata, jalan tikus di Bangkok, bersih, rapih, dan sama sekali gak kumuh. Masuk ke kompleks perumahan, tau-tau motor muncul di area jalan utama yang luas. Gak lama, terlihat jejeran toko peralatan ‘thai boxing’ dari berbagai macam merk.

Gak pake lama, barang yang dicari akhirnya ketemu. Sepasang sarung tinju ‘WENDY’ berwarna hitam putih, dengan harga sekitar 350ribu rupiah. Mission, accomplished! Kembali ke hotel...!

Pagi terakhir Bangkok, ku putuskan untuk kembali berjalan kaki di sekitar area Sukhumvit. Yang anti sama anjing, mungkin harus mikir-mikir lagi jalan kaki di sini. Pagi hari, emang waktunya para anjing untuk ‘jalan’.

Lewat toko buah, truk angkut buah baru aja tiba. Ngeliat berkeranjang-keranjang bambu buah leci pink segar yang masih beraun, wuuuih ngiler banget! Buah naga, kelapa kopyor, mangga besar berwana kuning, longan, pepaya, rambutan, jambu air besar panjang hijau dan merah... waaah.... seru banget ngeliatnya! Seketika teringat ‘ratu dan raja’ buah di rumah.

Sebelum jadi kalap, untung inget untuk minta info

rmasi tentang izin membawa buah ke atas kabin pesawat. Menurut om yang bekerja di bagian kargo GIA, sebaiknya tidak membawa buah terlalu banyak. Khawatir, akan disita bagian karantina. Kan rugi bandar klo beli banyak.... Akhirnya, cukup beli leci 2 kilo sajalah....

Gak terasa, jarum jam di tangan sudah di angka 8. Waktunya mandi! Gak pake lama, jam 9.30 tepat, aku siap check out dan meluncur menuju airport. Jalan sabtu pagi itu cukup bersahabat. Cukup 40 menit, sampe!

Bagian keberangkatan ‘Svarnabhumi’ Bangkok Int’l Airport, look so nice and huge. Lagi-lagi harus siap modal jalan kaki. Walaupun gak sejauh berjalan di terminal kedatangan, dengan beban tas ransel yang padet rasanya sih ‘lumayan’ juga. Urusan check-in dan imigrasi (baik kedatangan atau keberangkatan) di Bangkok, terasa lebih mudah dan ramah. Petugas perwakilan check-in GIA di sini pun jauh lebih bersahabat. Tetap tersenyum ramah, saat aku meminta baris depan sisi jendela. Yang bikin lega, tentu saja angka total bagasi yang sukses berada di angka 17 kg saja. Yeeeey!

Tiba di bagian dalam airport... taraaaaaaaaa.... jejeran butik kelas atas, dan guess what... toko buah, ada di mana-mana! Siip lah! Bertambah lagi deh jinjingan plastik berisi buah-buahan khas thai yang tempting. Senangnya!

Berada di area keberangkatan Svarnabhumi Airport, terasa sepeti berada di sebuah mall serba ada. Bahkan sebuah resto halal, juga ada di sini. Tapi karena waktu boarding yang tinggal sekitar 30 menit lagi, aku lebih memilih menahan lapar dan makan hidangan dari Garuda saja nanti di penerbangan.

Siang itu, cuaca kurang bersahabat karena langit mulai menjadi gelap. Tapi penerbangan dengan Garuda, tetap on schedule. Melangkah memasuki kabin, tiba-tiba ada rasa yang tersisa. Mungkin sepotong hati ku tertinggal di sini....

Di kabin Garuda dengan interior baru yang menawan, ku bisikkan sebuah harapan dalam janji. I’ll be back.

Saatnya Belanja...!

Harga tiket BTS, sedikit lebi mahal dari KLM. Dari asok sampai ke siam, harga tiket 30bath atau sekitar 7500rp. Tapi itu sebanding dengan kenyamanan dan kecepatan tiba di tujuan. Tau sendiri deh, macetnya Bangkok, 11-12 sama Jakarta... Terutama di jam-jam berangkat dan bubar kantor.

Buang pandangan sedikit ke atas. Maka kita akan temukan 1 lagi persamaan JKT dan BKK : kabel listrik yang semrawut. Nah, kalau tentang ini, KL yang bebas kabel menang jauh deh... :)

Di kunjungan ke2 di MBK, saatnya untuk beneran belanja oleh-oleh. Di dekat pintu masuk utama lantai dasar, banyak penjual kaos-kaos khas bangkok bergambar gajah. Rata-rata harga kaos untuk dewasa 99bath atau hampir 25ribu.

Sayangnya, harga sudah dibandrol dan gak bisa ditawar lagi. Melihat kualitas kaos-nya yang ok banget, akhirnya tetep beli juga 10 potong. *aku emang gak jago urusan rayu merayu harga....

Puas pilih-pilih motif kaos, saatnya berburu snack. Informasi dari seorang teman, toko snack banyak berada di lantai 3. Aneka macam makanan ringan khas Thai tersedia di sana.

Ada yang mengesankan. Pelayan toko, seperti biasa melayani dengan ramah. Yang sedikit beda, mereka kemudian sibuk mencari snack, lalu menyodorkannya pada ku.. Sambil menunjuk bagian kemasan, mereka bilang 'miss, you can! You can!' Ternyata mereka menunjuk logo halal! Aku sangat terkesan! Melihat ku yang berjilbab, mereka mau repot mancarikan produk snack dengan logo halal. Sangat mengesankan.... 

Pilah-pilih, akhirnya saya beli beberapa toples sambal udang super hot, keripik dan permen durian, snack ikan dan nori pastinya! Upss... Tangan mulai penuh jinjingan yang lumayan berat.......

BTS Sky Train.... Love it!

Ini hari kedua. Gak mau waktu terbuang sia-sia, dari jam 7 pagi aku siap untuk menjelajah. Karena masih menunggu konfirmasi jadwal kerja di hari itu, ku putuskan untuk berjalan kaki hanya di seputar area hotel, di Sukhumvit soi 22. Sukhumvit sendiri, cukup ramai dengan deretan hotel. Satu-dua ada juga toko bahan pangan, minimarket dan toko buah. Bahkan agak jauh ke dalam, ke arah Queen Sirikit Memorial Park, ada sekolah dasar dan sekolah menengah. Sayangnya, hari itu sepertinya sekolah sedang libur. Jadi tidak bisa melihat langsung ‘wajah-wajah’ pelajar kota Bangkok.  

 

Walaupun tidak sehiruk-pikuk area Bukit Bintang di KL, area ini juga bisa dibilang sebagai area wisatawan. Walaupun pusat bisnis cuma beberapa menit saja dari Sukhumvit, suasana ‘turis’nya cukup kental sekali di sini. Puas sedikit bakar keringat dengan jalan kaki, akhirnya aku kembali ke hotel dan bersiap untuk berangkat ke The Post Bangkok, untuk urusan pekerjaan kantor. 

Senangnya, tugas hari itu tidak terlalu banyak memakan waktu. Jam 3 sore, aku sudah kembali berada di hotel. Setelah beberapa saat mempertimbangkan, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke MBK. Ada beberapa barang lagi yang ingin saya beli sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman di kantor Jakarta.

Kali ini, saatnyaaaa….. BTS Sky Train!!!

Berjalan kaki 10 menit, aku tiba di stasiun ‘ASOK’. BTS (Bangkok mass Trasit System), beda banget sama KLM (KL monorail). Kereta dan station BTS, lebih besar dan luas. Daya tampungnya lebih besar, sehinga dalam sekali trip lebih banyak penumpang yang bisa terangkut. Bagus banget! Stasiunnya keren abis! Bersih, dan tertib. Petugasnya tidak terlalu banyak, karena system pembelian tiket lebih banyak dengan ‘Ticket Machine’. Petunjuknya sederhana dan mudah diikuti. Cuma dalam 5 detik, aku sudah pegang kartu tiket untuk turun di stasiun ‘SIAM’ tempat MBK berada. 

Menunggu 5 menit, BTS datang merapat. SUPER! Semua penumpang terbib masuk ke BTS. Wondering… ada copet juga gak ya? Interior BTS, sudah ramai di-branding. Termasuk di bagian langit-langit dan dinding. Hanya butuh 10 menit untuk tiba di stasiun ‘SIAM’.

Jadi inget salah satu adegan romantis film BTLS…. Hehehehe….